
Peran Sertifikasi SVLK dalam Ekspor Furniture Kayu
- By Biovarnish - 17 Maret 2025 - 07:33:04
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) memastikan bahwa kayu yang diperdagangkan di Indonesia berasal dari sumber yang legal. Sertifikasi ini meningkatkan kepercayaan konsumen, mempermudah akses ke pasar ekspor, dan membantu memberantas pembalakan liar.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, SVLK berhasil meningkatkan nilai ekspor produk kayu sebesar 91,7% dari 2013 hingga 2019. Meski penting, banyak pelaku usaha masih belum memahami cara mendapatkan sertifikasi dan strategi untuk memenuhi standar ini. Berikut penjelasan lengkap mengenai SVLK yang dapat membantu perkembangan bisnis Anda.
Sertifikasi SVLK adalah sistem yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan produk kayu yang diproduksi dan diperdagangkan berasal dari sumber yang legal. SVLK dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi pembalakan liar dan meningkatkan daya saing produk kayu Indonesia di pasar internasional.
Sertifikasi ini tidak hanya berlaku bagi perusahaan besar, tetapi juga diwajibkan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang ingin mengekspor produk kayu mereka. Dengan SVLK, setiap produk kayu Indonesia memiliki bukti dokumentasi bahwa bahan baku yang digunakan berasal dari sumber yang sah dan dikelola dengan baik.
Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan SVLK pada awal 2000-an sebagai respons terhadap meningkatnya tuntutan global untuk produk kayu yang legal dan berkelanjutan. Pada tahun 2013, regulasi mengenai SVLK mulai diterapkan secara penuh melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pada tahun 2016, Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang menerima lisensi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) dari Uni Eropa. Dengan lisensi ini, produk kayu Indonesia yang bersertifikat SVLK dapat memasuki pasar Eropa tanpa melalui uji kelayakan tambahan.
Salah satu tujuan utama SVLK adalah mengurangi pembalakan liar yang berdampak negatif pada lingkungan. Dengan sertifikasi ini, industri kayu di Indonesia lebih terjamin legalitasnya, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar global.
Beberapa negara, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, memiliki regulasi ketat terkait impor produk kayu. Produk dengan sertifikasi SVLK lebih mudah diterima di pasar tersebut. Memperluas peluang ekspor bagi industri furniture kayu Indonesia.
Furniture kayu bersertifikat SVLK sering kali dihargai lebih tinggi dibandingkan produk tanpa sertifikasi. Hal ini karena konsumen internasional lebih tertarik pada produk yang memiliki jaminan legalitas dan keberlanjutan.
Sejak penerapan SVLK, ekspor produk kayu Indonesia menunjukkan peningkatan. Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa nilai ekspor produk kayu Indonesia mencapai USD 11,62 miliar pada tahun 2019. Sertifikasi SVLK telah membantu meningkatkan daya saing produk kayu Indonesia di pasar internasional.
Selain itu, lisensi FLEGT yang diberikan oleh Uni Eropa membuat produk kayu Indonesia lebih kompetitif dibandingkan produk dari negara lain yang tidak memiliki skema serupa. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin global dalam perdagangan kayu yang berkelanjutan.
Agar mendapatkan sertifikasi SVLK, perusahaan harus melalui beberapa tahapan penting:
Perusahaan harus mendaftarkan diri dan mengajukan dokumen terkait legalitas bahan baku kayu yang digunakan. Dokumen ini mencakup sertifikat asal kayu, izin usaha, serta laporan produksi dan ekspor. Verifikasi dokumen bertujuan memastikan bahwa bahan baku yang digunakan tidak berasal dari aktivitas pembalakan liar.
Lembaga independen akan melakukan audit terhadap proses produksi dan manajemen kayu di perusahaan. Proses ini melibatkan inspeksi lapangan untuk memastikan semua standar kepatuhan dipenuhi. Audit ini juga menilai sistem manajemen lingkungan serta keterlacakan bahan baku kayu yang digunakan.
Jika memenuhi semua persyaratan, perusahaan akan diberikan sertifikat SVLK yang berlaku untuk jangka waktu tertentu. Sertifikat ini menjadi bukti bahwa produk kayu yang dihasilkan telah memenuhi standar legalitas yang ditetapkan oleh pemerintah.
Perusahaan harus melakukan audit berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan oleh lembaga independen untuk menghindari penyimpangan dalam rantai pasokan kayu.
Beberapa negara telah menerapkan regulasi ketat terkait impor produk kayu. Negara-negara yang mewajibkan atau sangat menganjurkan sertifikasi seperti SVLK antara lain:
Dengan memenuhi standar SVLK, produk kayu Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk diterima di pasar global tanpa kendala regulasi.
Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan SVLK juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi.
Salah satu kendala terbesar dalam penerapan SVLK adalah biaya sertifikasi yang cukup mahal, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM). Proses sertifikasi mencakup audit, verifikasi dokumen, serta inspeksi lapangan yang memerlukan biaya tambahan. Untuk perusahaan besar, biaya ini mungkin bukan masalah, tetapi bagi UKM, biaya sertifikasi bisa menjadi beban yang menghambat ekspor produk mereka.
Selain itu, biaya pemeliharaan sertifikasi juga tidak murah. Perusahaan harus menjalani audit berkala untuk memastikan bahwa mereka tetap mematuhi standar SVLK. Jika tidak lolos audit, mereka harus melakukan perbaikan yang memerlukan investasi tambahan.
Banyak pelaku usaha kecil masih kurang memahami pentingnya SVLK dan bagaimana cara memperolehnya. Kurangnya informasi dan sosialisasi menyebabkan banyak UKM tidak segera mengurus sertifikasi, sehingga produk mereka tidak dapat dipasarkan ke negara-negara yang mewajibkan standar legalitas kayu ini.
Beberapa UKM juga menganggap SVLK sebagai regulasi yang terlalu rumit dan sulit dipenuhi. Mereka membutuhkan pendampingan lebih lanjut agar dapat memahami manfaat sertifikasi ini, serta proses yang harus mereka lalui untuk mendapatkannya.
Meskipun SVLK diakui oleh Uni Eropa melalui skema FLEGT, beberapa negara masih mensyaratkan sertifikasi tambahan seperti Forest Stewardship Council (FSC) atau Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC). Hal ini menyebabkan pelaku industri harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mendapatkan sertifikasi lain guna memenuhi persyaratan ekspor ke berbagai negara.
Ketidaksesuaian standar di beberapa negara juga menyebabkan ketidakpastian bagi eksportir kayu Indonesia. Misalnya, beberapa pasar lebih memilih produk dengan sertifikasi FSC karena lebih dikenal dibandingkan SVLK, meskipun kedua sistem memiliki tujuan yang sama dalam memastikan legalitas dan keberlanjutan kayu.
Untuk membantu UKM dalam mendapatkan sertifikasi SVLK, berbagai strategi perlu diterapkan agar mereka dapat lebih mudah memenuhi persyaratan ini dan memperluas peluang ekspor.
Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan pemahaman UKM tentang SVLK adalah melalui program pelatihan dan sosialisasi. Pemerintah, asosiasi industri, dan lembaga terkait harus lebih aktif dalam mengedukasi UKM tentang pentingnya sertifikasi ini serta prosedur yang harus dilakukan untuk mendapatkannya.
Pelatihan ini dapat mencakup berbagai aspek, seperti dokumentasi legalitas kayu, manajemen rantai pasokan, serta cara memenuhi standar keberlanjutan. Dengan adanya bimbingan yang tepat, UKM akan lebih siap untuk mengajukan sertifikasi tanpa kendala yang berarti.
Pemerintah dapat memberikan subsidi atau insentif untuk membantu UKM menutupi biaya sertifikasi SVLK. Dengan adanya bantuan finansial ini, UKM yang memiliki keterbatasan dana tetap dapat memenuhi persyaratan legalitas kayu dan bersaing di pasar internasional.
Selain subsidi langsung, pemerintah juga dapat menerapkan skema kredit berbunga rendah atau program pembiayaan khusus bagi UKM yang ingin mengajukan sertifikasi. Hal ini akan membantu meringankan beban biaya sertifikasi dan memastikan lebih banyak pelaku usaha dapat memanfaatkan peluang ekspor.
UKM dapat bekerja sama dengan perusahaan besar yang sudah memiliki sertifikasi SVLK untuk meningkatkan akses pasar mereka. Misalnya, UKM dapat menjadi bagian dari rantai pasokan perusahaan besar yang telah bersertifikasi sehingga produk mereka otomatis dianggap telah memenuhi standar SVLK.
Kemitraan ini juga dapat mencakup transfer pengetahuan, di mana perusahaan besar membantu UKM dalam memahami proses sertifikasi dan meningkatkan kualitas produk mereka agar sesuai dengan standar internasional.
Pemerintah Indonesia terus berupaya mendukung implementasi SVLK melalui berbagai kebijakan dan program. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah pelaku industri kayu yang tersertifikasi.
Pemerintah telah menetapkan regulasi yang mengharuskan semua produk kayu yang diekspor memiliki sertifikasi SVLK.
Regulasi yang lebih jelas dan transparan akan membantu pelaku industri memahami persyaratan sertifikasi dengan baik, sehingga mereka dapat lebih mudah mematuhinya tanpa hambatan administratif.
Selain memberikan regulasi yang jelas, pemerintah juga aktif dalam memberikan pendampingan kepada UKM yang ingin mendapatkan sertifikasi SVLK. Program pendampingan ini melibatkan berbagai aspek, seperti bantuan dalam penyusunan dokumen, audit internal, serta pelatihan dalam pengelolaan kayu yang berkelanjutan.
Pendampingan ini sangat penting karena banyak UKM yang belum memiliki pengalaman dalam mengurus sertifikasi, sehingga mereka memerlukan bimbingan agar dapat memenuhi semua persyaratan dengan lebih mudah.
Agar SVLK lebih diakui secara global, pemerintah Indonesia terus menjalin kerja sama dengan negara-negara tujuan ekspor. Upaya ini mencakup negosiasi agar SVLK dapat diterima sebagai standar legalitas kayu yang sah di lebih banyak negara.
Selain Uni Eropa yang sudah mengakui SVLK melalui lisensi FLEGT, pemerintah juga terus berupaya memperluas pengakuan ini ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Jika SVLK diakui secara lebih luas, maka produk kayu Indonesia akan semakin mudah memasuki pasar internasional tanpa harus memenuhi sertifikasi tambahan yang membebani pelaku usaha.
Baca juga : Cara Memenuhi Persyaratan Ekspor Furniture Kayu ke Eropa
Mendapatkan sertifikasi SVLK memastikan bahwa furniture kayu Indonesia memenuhi standar legalitas untuk ekspor. Namun, agar lebih kompetitif di pasar global, aspek keamanan finishing juga menjadi faktor penting. Banyak negara tujuan ekspor, seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, menerapkan regulasi ketat terkait bahan finishing yang aman bagi lingkungan dan kesehatan.
Menggunakan cat kayu water based seperti Biovarnish dapat menjadi solusi tepat. Biovarnish tidak mengandung VOC (Volatile Organic Compounds), cepat kering, dan tidak beracun. Selain itu, Biovarnish telah sesuai dengan regulasi ECHA di Uni Eropa dan EPA di Amerika Serikat, yang mengatur penggunaan bahan kimia ramah lingkungan.
Dengan kombinasi SVLK dan finishing ramah lingkungan, produk furniture kayu tidak hanya lebih mudah diterima di pasar ekspor tetapi juga memiliki nilai jual lebih tinggi. Sekaligus berkontribusi terhadap keberlanjutan industri kayu Indonesia.
Baca juga : Tips Lolos Standar Kualitas Furniture Ekspor ke Amerika Serikat
Sertifikasi SVLK berperan penting dalam memastikan legalitas dan keberlanjutan furniture kayu Indonesia. Dengan sertifikasi ini, produk lebih mudah memasuki pasar global dan memiliki daya saing lebih tinggi. Selain itu, SVLK juga meningkatkan nilai ekonomi industri kayu nasional.
Namun, tantangan seperti biaya sertifikasi dan persyaratan tambahan masih menjadi hambatan. Dukungan pemerintah, kemitraan dengan industri besar, serta penggunaan bahan finishing ramah lingkungan seperti Biovarnish akan sangat membantu. Dengan langkah ini, SVLK bukan hanya kewajiban, tetapi juga keunggulan kompetitif bagi industri kayu Indonesia di pasar global.
Untuk pemesanan Biovarnish, silahkan klik banner di bawah ini.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, SVLK berhasil meningkatkan nilai ekspor produk kayu sebesar 91,7% dari 2013 hingga 2019. Meski penting, banyak pelaku usaha masih belum memahami cara mendapatkan sertifikasi dan strategi untuk memenuhi standar ini. Berikut penjelasan lengkap mengenai SVLK yang dapat membantu perkembangan bisnis Anda.
Apa Itu Sertifikasi SVLK?
Sertifikasi SVLK adalah sistem yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan produk kayu yang diproduksi dan diperdagangkan berasal dari sumber yang legal. SVLK dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi pembalakan liar dan meningkatkan daya saing produk kayu Indonesia di pasar internasional.
Sertifikasi ini tidak hanya berlaku bagi perusahaan besar, tetapi juga diwajibkan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang ingin mengekspor produk kayu mereka. Dengan SVLK, setiap produk kayu Indonesia memiliki bukti dokumentasi bahwa bahan baku yang digunakan berasal dari sumber yang sah dan dikelola dengan baik.
Sejarah dan Regulasi SVLK di Indonesia
Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan SVLK pada awal 2000-an sebagai respons terhadap meningkatnya tuntutan global untuk produk kayu yang legal dan berkelanjutan. Pada tahun 2013, regulasi mengenai SVLK mulai diterapkan secara penuh melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pada tahun 2016, Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang menerima lisensi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) dari Uni Eropa. Dengan lisensi ini, produk kayu Indonesia yang bersertifikat SVLK dapat memasuki pasar Eropa tanpa melalui uji kelayakan tambahan.
Tujuan dan Manfaat SVLK bagi Industri Kayu
1. Mencegah Perdagangan Kayu Ilegal
Salah satu tujuan utama SVLK adalah mengurangi pembalakan liar yang berdampak negatif pada lingkungan. Dengan sertifikasi ini, industri kayu di Indonesia lebih terjamin legalitasnya, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar global.
2. Meningkatkan Akses Pasar Internasional
Beberapa negara, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, memiliki regulasi ketat terkait impor produk kayu. Produk dengan sertifikasi SVLK lebih mudah diterima di pasar tersebut. Memperluas peluang ekspor bagi industri furniture kayu Indonesia.
3. Menambah Nilai Ekonomi Produk
Furniture kayu bersertifikat SVLK sering kali dihargai lebih tinggi dibandingkan produk tanpa sertifikasi. Hal ini karena konsumen internasional lebih tertarik pada produk yang memiliki jaminan legalitas dan keberlanjutan.
Dampak Positif SVLK terhadap Ekspor Furniture Kayu
Sejak penerapan SVLK, ekspor produk kayu Indonesia menunjukkan peningkatan. Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa nilai ekspor produk kayu Indonesia mencapai USD 11,62 miliar pada tahun 2019. Sertifikasi SVLK telah membantu meningkatkan daya saing produk kayu Indonesia di pasar internasional.
Selain itu, lisensi FLEGT yang diberikan oleh Uni Eropa membuat produk kayu Indonesia lebih kompetitif dibandingkan produk dari negara lain yang tidak memiliki skema serupa. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin global dalam perdagangan kayu yang berkelanjutan.
Proses Mendapatkan Sertifikasi SVLK
Agar mendapatkan sertifikasi SVLK, perusahaan harus melalui beberapa tahapan penting:
1. Pendaftaran dan Verifikasi Dokumen
Perusahaan harus mendaftarkan diri dan mengajukan dokumen terkait legalitas bahan baku kayu yang digunakan. Dokumen ini mencakup sertifikat asal kayu, izin usaha, serta laporan produksi dan ekspor. Verifikasi dokumen bertujuan memastikan bahwa bahan baku yang digunakan tidak berasal dari aktivitas pembalakan liar.
2. Audit oleh Lembaga Verifikasi
Lembaga independen akan melakukan audit terhadap proses produksi dan manajemen kayu di perusahaan. Proses ini melibatkan inspeksi lapangan untuk memastikan semua standar kepatuhan dipenuhi. Audit ini juga menilai sistem manajemen lingkungan serta keterlacakan bahan baku kayu yang digunakan.
3. Penerbitan Sertifikat
Jika memenuhi semua persyaratan, perusahaan akan diberikan sertifikat SVLK yang berlaku untuk jangka waktu tertentu. Sertifikat ini menjadi bukti bahwa produk kayu yang dihasilkan telah memenuhi standar legalitas yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Pemantauan dan Evaluasi
Perusahaan harus melakukan audit berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan oleh lembaga independen untuk menghindari penyimpangan dalam rantai pasokan kayu.
Negara Tujuan Ekspor yang Mewajibkan SVLK
Beberapa negara telah menerapkan regulasi ketat terkait impor produk kayu. Negara-negara yang mewajibkan atau sangat menganjurkan sertifikasi seperti SVLK antara lain:
- Uni Eropa (melalui skema FLEGT)
- Amerika Serikat (Lacey Act)
- Australia (Illegal Logging Prohibition Act)
- Jepang (Clean Wood Act)
Dengan memenuhi standar SVLK, produk kayu Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk diterima di pasar global tanpa kendala regulasi.
Tantangan dan Kendala dalam Penerapan SVLK
Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan SVLK juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi.
1. Biaya Sertifikasi yang Relatif Tinggi
Salah satu kendala terbesar dalam penerapan SVLK adalah biaya sertifikasi yang cukup mahal, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM). Proses sertifikasi mencakup audit, verifikasi dokumen, serta inspeksi lapangan yang memerlukan biaya tambahan. Untuk perusahaan besar, biaya ini mungkin bukan masalah, tetapi bagi UKM, biaya sertifikasi bisa menjadi beban yang menghambat ekspor produk mereka.
Selain itu, biaya pemeliharaan sertifikasi juga tidak murah. Perusahaan harus menjalani audit berkala untuk memastikan bahwa mereka tetap mematuhi standar SVLK. Jika tidak lolos audit, mereka harus melakukan perbaikan yang memerlukan investasi tambahan.
2. Kurangnya Pemahaman di Kalangan UKM
Banyak pelaku usaha kecil masih kurang memahami pentingnya SVLK dan bagaimana cara memperolehnya. Kurangnya informasi dan sosialisasi menyebabkan banyak UKM tidak segera mengurus sertifikasi, sehingga produk mereka tidak dapat dipasarkan ke negara-negara yang mewajibkan standar legalitas kayu ini.
Beberapa UKM juga menganggap SVLK sebagai regulasi yang terlalu rumit dan sulit dipenuhi. Mereka membutuhkan pendampingan lebih lanjut agar dapat memahami manfaat sertifikasi ini, serta proses yang harus mereka lalui untuk mendapatkannya.
3. Persyaratan Tambahan di Beberapa Negara
Meskipun SVLK diakui oleh Uni Eropa melalui skema FLEGT, beberapa negara masih mensyaratkan sertifikasi tambahan seperti Forest Stewardship Council (FSC) atau Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC). Hal ini menyebabkan pelaku industri harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mendapatkan sertifikasi lain guna memenuhi persyaratan ekspor ke berbagai negara.
Ketidaksesuaian standar di beberapa negara juga menyebabkan ketidakpastian bagi eksportir kayu Indonesia. Misalnya, beberapa pasar lebih memilih produk dengan sertifikasi FSC karena lebih dikenal dibandingkan SVLK, meskipun kedua sistem memiliki tujuan yang sama dalam memastikan legalitas dan keberlanjutan kayu.
Strategi Agar UKM Furniture Bisa Memenuhi Standar SVLK
Untuk membantu UKM dalam mendapatkan sertifikasi SVLK, berbagai strategi perlu diterapkan agar mereka dapat lebih mudah memenuhi persyaratan ini dan memperluas peluang ekspor.
1. Pelatihan dan Sosialisasi
Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan pemahaman UKM tentang SVLK adalah melalui program pelatihan dan sosialisasi. Pemerintah, asosiasi industri, dan lembaga terkait harus lebih aktif dalam mengedukasi UKM tentang pentingnya sertifikasi ini serta prosedur yang harus dilakukan untuk mendapatkannya.
Pelatihan ini dapat mencakup berbagai aspek, seperti dokumentasi legalitas kayu, manajemen rantai pasokan, serta cara memenuhi standar keberlanjutan. Dengan adanya bimbingan yang tepat, UKM akan lebih siap untuk mengajukan sertifikasi tanpa kendala yang berarti.
2. Dukungan Subsidi Biaya Sertifikasi
Pemerintah dapat memberikan subsidi atau insentif untuk membantu UKM menutupi biaya sertifikasi SVLK. Dengan adanya bantuan finansial ini, UKM yang memiliki keterbatasan dana tetap dapat memenuhi persyaratan legalitas kayu dan bersaing di pasar internasional.
Selain subsidi langsung, pemerintah juga dapat menerapkan skema kredit berbunga rendah atau program pembiayaan khusus bagi UKM yang ingin mengajukan sertifikasi. Hal ini akan membantu meringankan beban biaya sertifikasi dan memastikan lebih banyak pelaku usaha dapat memanfaatkan peluang ekspor.
3. Kemitraan dengan Perusahaan Besar
UKM dapat bekerja sama dengan perusahaan besar yang sudah memiliki sertifikasi SVLK untuk meningkatkan akses pasar mereka. Misalnya, UKM dapat menjadi bagian dari rantai pasokan perusahaan besar yang telah bersertifikasi sehingga produk mereka otomatis dianggap telah memenuhi standar SVLK.
Kemitraan ini juga dapat mencakup transfer pengetahuan, di mana perusahaan besar membantu UKM dalam memahami proses sertifikasi dan meningkatkan kualitas produk mereka agar sesuai dengan standar internasional.
Dukungan Pemerintah terhadap Sertifikasi SVLK
Pemerintah Indonesia terus berupaya mendukung implementasi SVLK melalui berbagai kebijakan dan program. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah pelaku industri kayu yang tersertifikasi.
1. Regulasi yang Jelas untuk Keberlanjutan Sertifikasi
Pemerintah telah menetapkan regulasi yang mengharuskan semua produk kayu yang diekspor memiliki sertifikasi SVLK.
Regulasi yang lebih jelas dan transparan akan membantu pelaku industri memahami persyaratan sertifikasi dengan baik, sehingga mereka dapat lebih mudah mematuhinya tanpa hambatan administratif.
2. Pendampingan bagi UKM agar Lebih Mudah Mendapatkan Sertifikat SVLK
Selain memberikan regulasi yang jelas, pemerintah juga aktif dalam memberikan pendampingan kepada UKM yang ingin mendapatkan sertifikasi SVLK. Program pendampingan ini melibatkan berbagai aspek, seperti bantuan dalam penyusunan dokumen, audit internal, serta pelatihan dalam pengelolaan kayu yang berkelanjutan.
Pendampingan ini sangat penting karena banyak UKM yang belum memiliki pengalaman dalam mengurus sertifikasi, sehingga mereka memerlukan bimbingan agar dapat memenuhi semua persyaratan dengan lebih mudah.
3. Kerja Sama dengan Negara Tujuan Ekspor
Agar SVLK lebih diakui secara global, pemerintah Indonesia terus menjalin kerja sama dengan negara-negara tujuan ekspor. Upaya ini mencakup negosiasi agar SVLK dapat diterima sebagai standar legalitas kayu yang sah di lebih banyak negara.
Selain Uni Eropa yang sudah mengakui SVLK melalui lisensi FLEGT, pemerintah juga terus berupaya memperluas pengakuan ini ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Jika SVLK diakui secara lebih luas, maka produk kayu Indonesia akan semakin mudah memasuki pasar internasional tanpa harus memenuhi sertifikasi tambahan yang membebani pelaku usaha.
Baca juga : Cara Memenuhi Persyaratan Ekspor Furniture Kayu ke Eropa
Meningkatkan Nilai Ekspor dengan Sertifikasi SVLK dan Finishing Ramah Lingkungan
Mendapatkan sertifikasi SVLK memastikan bahwa furniture kayu Indonesia memenuhi standar legalitas untuk ekspor. Namun, agar lebih kompetitif di pasar global, aspek keamanan finishing juga menjadi faktor penting. Banyak negara tujuan ekspor, seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, menerapkan regulasi ketat terkait bahan finishing yang aman bagi lingkungan dan kesehatan.
Menggunakan cat kayu water based seperti Biovarnish dapat menjadi solusi tepat. Biovarnish tidak mengandung VOC (Volatile Organic Compounds), cepat kering, dan tidak beracun. Selain itu, Biovarnish telah sesuai dengan regulasi ECHA di Uni Eropa dan EPA di Amerika Serikat, yang mengatur penggunaan bahan kimia ramah lingkungan.
Dengan kombinasi SVLK dan finishing ramah lingkungan, produk furniture kayu tidak hanya lebih mudah diterima di pasar ekspor tetapi juga memiliki nilai jual lebih tinggi. Sekaligus berkontribusi terhadap keberlanjutan industri kayu Indonesia.
Baca juga : Tips Lolos Standar Kualitas Furniture Ekspor ke Amerika Serikat
Pentingnya SVLK dalam Ekspor Furniture Kayu
Sertifikasi SVLK berperan penting dalam memastikan legalitas dan keberlanjutan furniture kayu Indonesia. Dengan sertifikasi ini, produk lebih mudah memasuki pasar global dan memiliki daya saing lebih tinggi. Selain itu, SVLK juga meningkatkan nilai ekonomi industri kayu nasional.
Namun, tantangan seperti biaya sertifikasi dan persyaratan tambahan masih menjadi hambatan. Dukungan pemerintah, kemitraan dengan industri besar, serta penggunaan bahan finishing ramah lingkungan seperti Biovarnish akan sangat membantu. Dengan langkah ini, SVLK bukan hanya kewajiban, tetapi juga keunggulan kompetitif bagi industri kayu Indonesia di pasar global.
Untuk pemesanan Biovarnish, silahkan klik banner di bawah ini.
