Mengenal Anti-Tanin dan Manfaatnya untuk Finishing Kayu

  • By Biovarnish - 02 Juni 2023 - 15:02:25

 

Apa Itu Tanin?


Ada satu senyawa organik yang umumnya ditemukan pada kayu. Orang-orang mengenal senyawa ini dengan sebutan getah. Senyawa ini secara umum punya fungsi cukup baik, terutama untuk mengikat dan mengendapkan protein di dalam buah, daun, serta batang kayu. Getah ditemukan pada makanan dan minuman tertentu seperti teh, kopi, coklat dan wine serta buah-buahan yang masih muda. Lebih jauh, getah ini berperan melindungi tumbuhan dari pemangsa herbivora maupun hama.

Dalam bahasa Inggris, getah ini dikenal dengan sebutan tannin atau tanin yang diadaptasi dari bahasa Jerman Kuno yakni tanna yang berarti "pohon ek". Kata tanna sendiri merujuk pada penggunaan getah pohon ek untuk menyamak kulit (mentah) hewan agar menjadi kulit yang awet dan lentur dan siap digunakan. Dari beberapa penjelasan di atas kita bisa mengambil kesimpulan, tanin adalah senyawa polifenol dari tumbuhan yang bereaksi dengan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Tanin punya ciri yang cukup khas yakni rasanya yang pahit dan kelat.

kayu setelah penebangan

Pada perkembangannya, tanin mulai dimanfaatkan lebih luas. Selain sebagai bahan antioksidan serta bahan obat-obatan, tanin juga dimanfaatkan untuk kandungan pakan ternak dan bahan perekat kayu. Pada proses produksi industri kayu plywood, medium-density fibreboard (MDF), chipboard, dan produk-produk kayu sejenis, tanin dimanfaatkan sebagai senyawa pengikat yang biasanya diambil dari sumber tanaman mangium, akasia dan walaba.

Baca juga : Mencari Plitur Kayu yang Aman untuk Furniture? Ini Dia Produknya

Manfaat dan Kerugian Akibat Tanin


Tanin menjadi salah satu senyawa yang punya dua sisi saling bertolak belakang. Sebagaimana disebutkan di atas, ada banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari senyawa tanin. Namun, di samping itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa keberadaan tanin, terutama penggunaan yang berlebihan akan memicu bahaya kesehatan yang serius.

Dalam jurnal "Tannins: Their adverse role in health" yang ditulis oleh Rashi Srivastava dan Sangeeta Shukla (Journal of Toxicology, 2013), disebutkan bahwa konsumsi tanin berlebihan akan memicu munculnya penyakit gastrointerstinal seperti iritasi usus. Tanin juga dapat menghambat biosorpsi nutrisi penting seperti zat besi dan protein pada tubuh yang menyebabkan penurunan performa fisik, anemia, dan rendahnya kapasitas daya tahan tubuh.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Johanna N.Luján, et al. (The Open Forest Science Journal, 2014), disebutkan tanin pada kayu yang digunakan pada produksi papan partikel (MDF dan sejenisnya) dapat menjadi sumber munculnya ion positif (Fe3+) yang dianggap sebagai zat karsinogenik. Zat ini dapat menyebabkan kanker pada paru-paru, dan tremor pada neuro sistem. Penelitian ini bahkan memberi rekomendasi untuk melakukan pengujian pada kayu yang digunakan, agar dapat mengurangi tingkat bahaya tanin yang dapat membahayakan kesehatan.

Tidak hanya pada manusia, senyawa tanin berlebihan bisa menyebabkan bahaya pada hewan (terutama hewan ternak). Pada penelitian yang dilakukan Bhupender Singh dan Suman Yadav (Journal of Animal Health and Behavioural Science, 2017) menyebutkan bahwa kandungan tanin yang tinggi pada pakan hewan ternak dapat menyebabkan penurunan kadar protein, penurunan berat badan, dan menurunkan produksi mikroba di dalam usus hewan. Hal ini, lebih jauh dapat menyebabkan masalah kesuburan pada hewan (ternak).

Tidak hanya terkait dengan konsumsi berlebihan, tanin juga ternyata berpengaruh terhadap penggunaan kayu sebagai material furniture dan material bahan bangunan lainnya. Munculnya tanin justru jadi hal yang tidak diinginkan tukang kayu. Tanin, terutama membuat kayu yang sudah di-finishing memunculkan bercak noda. Ini tidak hanya muncul pada kayu yang difinishing natural. Pada finishing solid, munculnya bercak noda tanin ini adalah aib bagi furniture, lebih-lebih bagi tukang kayunya.

Matthew S. Bumgardner, et al dalam jurnal berjudul Tannin and Wood Discoloration in Hardwoods: Challenges and Solutions", menjelaskan dengan gamblang mengenai efek penggunaan kayu yang tinggi kandungan tanin bagi woodworking. Kayu seperti Quercus rubra (red oak) dan Castanea dentata (American chestnut) mengandung tingkat tanin yang tinggi dan dapat menyebabkan perubahan warna selama pengolahan kayu.

Dalam artikel berjudul “Tannins in tropical woods: a review", Antonio C.A Guimaraes dan Francisco J.P. Oliveira membahas tentang pengaruh tanin pada kayu tropis, khususnya pada produk-produk kayu seperti furnitur, konstruksi, dan dekorasi. Senyawa tanin pada kayu dapat menyebabkan ketidaksamaan warna (color variation) secara signifikan pada permukaan kayu. Artikel ini juga menjelaskan penanganan dan pengolahan kayu bertujuan untuk mengurangi efek negatif tanin dan memperkuat sifat estetik dari kayu tersebut.

Permasalahan tanin dan tukang kayu ini memang terkesan sepele. Pun belum adanya data resmi dan valid mengenai kerugian industri kayu akibat tanin. Namun begitu, dalam beberapa artikel dan jurnal di atas dapat diambil kesimpulan yang linier bahwa kerugian akibat tanin terjadi justru setelah proses finishing dilakukan. Hal ini terutama dampak dari tanin yang dapat mempengaruhi kualitas, tampilan, dan finishing kayu. Penanganan tanin yang buruk dapat berdampak pada bisnis pengrajin kayu pada umumnya.

Kayu yang mengandung tanin dalam konsentrasi yang tinggi menjadi sulit untuk dikerjakan oleh pengrajin kayu. Kayu menjadi lebih sulit untuk diukir dan beberapa alat tukang kayu bisa jadi tumpul dengan cepat akibat kontak dengan tanin (terutama tanin yang sudah mengeras). Hal ini dapat meningkatkan waktu produksi kayu dan mempengaruhi produktivitas pengrajin. Selain itu, mempertimbangkan alat yang jadi aus untuk mengatasi tanin yang mengeras, warna yang terpengaruh oleh tanin juga dapat mempengaruhi nilai estetika produk kayu dan tentu saja harga jualnya.

Permasalahan tanin ini telah telah menjadi masalah pelik bagi tukang kayu, pengrajin kayu dan bahkan industri kayu. Beberapa cara diusahakan untuk mengatasinya, mulai dari menggunakan cara konvensional hingga cara yang lebih modern. Cara konvensional misalnya dengan mengeringkan kayu di bawah sinar matahari atau membakar kayu di area terbuka. Hal ini didasarkan pada sifat dasar kandungan tanin yang mudah terbakar pada suhu tertentu. Cara konvensional ini jelas harus dilakukan dengan hati-hati karena bahaya yang ditimbulkan bisa saja lebih besar dari manfaat yang diharapkan.

Baca juga : 7 Masalah dan Solusinya Saat Menggunakan Stain Saat Finishing Kayu

Anti-Tanin untuk Mencegah Munculnya Tanin pada Finishing Kayu


Cara yang lebih modern dan biasanya menjadi pilihan pertama untuk menghilangkan tanin kayu adalah menggunakan produk anti-tanin. Biasanya produk ini berupa bahan finishing yang berfungsi mengisolasi tanin pada kayu dengan menutup pori kayu yang “diduga” akan jadi celah keluarnya tanin pada kayu setelah dicoating. Jenis anti-tanin sebagaimana jenis bahan penyusunnya dibedakan menjadi dua jenis, yakni anti-tanin solvent based dan water based.

Kedua jenis anti-tanin, baik solvent based maupun water based, punya keunggulan yang mirip. keduanya punya kemampuan menutup pori kayu tempat keluarnya tanin setelah kayu difinishing. Impra Gum Sealer, anti-tanin produksi Propan Raya ini menggunakan bahan epoxy. Sesuai data unggahannya, Propan mengklaim beberapa keunggulan terkait produk anti-tanin mereka, di antaranya:

  • Menahan getah dengan efektif
  • Transparan
  • Mudah diaplikasikan (Spray atau Brush)
  • Penetrasi dan Adhesi yang baik


Berbeda dari Propan, Bio Industri Omnipresen memproduksi anti-tanin yang diberi nama Biovarnish Tanin Sealer. Produk anti-tanin ini dikelompokkan ke dalam brand Biovarnish dan masih mengunggulkan ciri khas Bio dengan water based-nya, dengan bahan dasar Acrylic. Biovarnish Tanin Sealer mengusung beberapa keunggulan yakni,

produk biovarnish tanin sealer

  • Tidak beracun
  • Rendah kandungan VOC,
  • Tahan cuaca,
  • Transparansi yang baik
  • Penggunaan yang mudah
  • Cepat kering.


Dengan bahan dasar acrylic, Biovarnish Tanin Sealer efektif mencegah munculnya tanin, baik saat finishing maupun setelah finishing selesai. Daya tahan yang baik terhadap air juga menjadi nilai penting untuk mencegah furniture kayu mengalami kerusakan.

Biovarnish Tanin Sealer yang mengusung konsep ramah lingkungan jadi rekomendasi yang baik. Apalagi saat ini, kampanye produk ramah lingkungan menjadi salah satu kampanye yang sedang menjadi fokus semua orang untuk kelangsungan lingkungan hidup di bumi.

Simak Juga :